Tumpangsari Kopi dan Singkong: Kolaborasi Lahan yang Cerdas dan Cuan

Kalau dengar kata “singkong”, yang kebayang mungkin cemilan sore kayak tape, gorengan, atau getuk. Tapi siapa sangka, di balik tampilannya yang sederhana, singkong ternyata punya potensi besar buat bantu petani kopi nambah penghasilan. Di tengah fluktuasi harga kopi dan makin terbatasnya lahan, beberapa peneliti mulai mencoba ide tumpangsari kopi dengan singkong.

Tim dari IPB yang diketuai Prof. Rachmat Pambudy, dengan dukungan dari PT Kapal Api Global, melakukan uji coba menanam singkong varietas Manggu di sela-sela tanaman kopi. Lokasinya ada di dua tempat: Tanggamus, Lampung dan Wonosobo, Jawa Tengah. Tanamnya pakai planterbag dan sistem irigasi tetes, jadi nggak sembarangan juga. Hasilnya cukup menggembirakan, terutama di Tanggamus—singkongnya tumbuh sehat, nggak ganggu tanaman kopi, dan justru bisa bantu manfaatkan ruang sela yang sebelumnya kosong.

Jarak tanamnya diatur 1,5 × 1,5 meter, jadi nggak saling sikut. Dan yang bikin tambah menarik, singkong ini nggak cuma dijual dalam bentuk umbi segar aja, tapi juga bisa diolah jadi tepung mocaf alias modified cassava flour—tepung bebas gluten yang mulai dilirik industri makanan sehat.

Dengan hasil seperti ini, petani kopi jadi punya alternatif penghasilan lain tanpa harus memperluas lahan. Mereka bisa tetap fokus pada kopi, tapi punya tambahan dari singkong yang bisa dipanen dan diolah. Jadi, bukan cuma soal menanam lebih banyak, tapi juga memanfaatkan lahan lebih cerdas dan efisien.

Kira-kira kalau kamu jadi petani kopi, mau coba kombinasikan lahanmu dengan singkong juga nggak?

Kembali