Siapa bilang lahan kopi cuma bisa ditanami kopi? Beberapa petani dan peneliti dari IPB University justru membuktikan bahwa di bawah tegakan kopi, cabai pun bisa tumbuh subur. Iya, cabai — si pedas favorit sejuta umat itu. Dan menariknya lagi, hasilnya nggak main-main.
Penelitian ini dipimpin oleh Prof. Muhamad Syukur, dengan dukungan dari PT Kapal Api Global, dan dilakukan di lima lokasi yang tersebar di tiga provinsi. Nggak cuma di kebun penelitian, tapi juga di lahan petani mitra dan area milik Kapal Api sendiri di Lampung. Cabai yang ditanam adalah varietas rawit Bonita IPB dan ORI 212, yang memang terkenal tangguh.
Yang bikin tercengang, meskipun ditanam di bawah naungan kopi yang usianya antara 3 sampai 25 tahun, hasil panen cabainya bisa tembus 10,93–11,68 ton per hektar! Ini jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional. Bahkan bobot buah per tanamannya bisa sampai 584 gram. Bayangkan, satu lahan bisa kasih dua komoditas dengan hasil yang sama-sama bagus.
Nggak berhenti di situ, sebagian panen cabainya juga diolah jadi pasta cabai yang punya umur simpan stabil hingga empat minggu. Jadi selain jual hasil segar, petani juga punya peluang untuk masuk ke produk olahan yang lebih tahan lama dan punya nilai tambah.
Kesimpulannya? Tumpangsari cabai dan kopi ini bukan cuma ide iseng. Dengan pemilihan varietas yang tepat dan perawatan yang pas, kebun kopi bisa jadi lahan multifungsi yang produktif. Petani nggak perlu pilih salah satu—kopi atau cabai—karena ternyata dua-duanya bisa akur dan cuan bareng-bareng.
Kamu tim kopi, tim cabai, atau tim dua-duanya?